STRATEGI MEMBANGUN BUDAYA PELAYANAN PRIMA – Dalam kegiatan hospitality tentu kita tidaklah asing dengan istilah pelayanan prima atau service excellence. Bahkan kata-kata pelayanan prima sering digadang-gadang sebagai “roh” di dalam kegiatan hospitality. Penasaran tentang strategi membangun budaya pelayanan prima? Kami akan membahas dan memberikan poin-poin penting yang dapat Anda jadikan perhatian khusus

Bila Anda berperan sebagai seorang leader dalam perusahaan, makna apa yang Anda dapat ketika mendengar pelayanan prima? Mungkin secara definisi, kebanyakan orang akan menjawab “pelayanan yang terbaik dalam memenuhi atau melampaui permintaan serta kebutuhan pelanggan”. Nah, bagaimana dengan Anda? Adakah kemiripan

Tahukah Anda hal menarik bisa dimulai dari hal ini? Silahkan Anda tanyakan tentang definisi pelayanan prima kepada rekan Anda. Kira-kira jawaban apa yang Anda peroleh? Apakah ada keseragaman ataukah berbeda dalam mengartikan pelayanan prima?

STRATEGI MEMBANGUN BUDAYA PELAYANAN PRIMASTRATEGI MEMBANGUN BUDAYA PELAYANAN PRIMA

Hal yang mengejutkan bisa juga Anda peroleh lagi, yaitu dengan cara menanyakan tentang standart pelayanan prima kepada 5 rekan atau karyawan Anda. Dan apabila mereka menjawab dengan jawaban yang berbeda, dapat dipastikan perusahaan Anda cukup riskan dengan complain dari para pelanggan, dan ini tentu akan menjadi malapetaka bagi perusahaan Anda. Bagaimana tidak? Bila standart setiap orang di perusahaan Anda tentang pelayanan berbeda-beda, lalu bagaimana mereka dapat memberikan pelayanan yang diharapkan oleh perusahaan?

Tidak adanya standart tentang pelayanan prima tentu membuat para karyawan memberikan pelayanan prima versi mereka sendiri. Standart pelayanan prima harus ditentukan oleh perusahaan dan di implementasikan oleh seluruh lapisan karyawan diperusahaan.

Untuk strategi membangun budaya pelayanan prima dapat ditempuh dengan cara menjadikan pelayanan prima sebagai suatu kebiasaan.

Cara pertama adalah dengan memaparkan tentang standat pelayanan prima kepada seluruh karyawan. Yang kedua dengan melakukan monitoring secara berkala pada setiap karyawan. Dan yang ketiga adalah dengan mencetak dan memberikan bingkai tentang standart pelayanan prima di setiap ruangan kerja atau setiap ruang departemen.

Pada cara ketiga, memang terkesan sederhana. Namun di dunia teknologi pikiran manusia, hal tersebut dijelaskan sebagai sarana untuk memasukkan informasi pada pikiran bawah sadar manusia. Teknik repetisi/pengulangan ini dibutuhkan pikiran bawah sadar manusia untuk menginstal program tertentu.

Semisal dengan tulisan sederhana “SERVICE WITH HEART”, yang sebelumnya sudah diberikan informasi atau edukasi bahwa budaya pelayanan prima adalah melayani dengan hati. Bila hal ini sering dilihat atau dibaca, maka nantinya bukan hanya sebagai pengingat melainkan sebagai program baru di pikiran bawah sadar yang akan memengaruhi perilakunya. Dan inilah metode dan strategi membangun budaya pelayanan prima yang sederhana di dunia teknologi pikiran manusia.

Selamat mencoba!